Sabtu, 23 Januari 2010

Kupas Tuntas Pernikahan Dini

* Waspadai Seks Bebas Kalangan Remaja :

Berdasarkan penelitian di berbagai kota besar di Indonesia, remaja mengaku pernah melakukan hubungan seks. Celakanya, perilaku seks bebas tersebut berlanjut hingga menginjak ke jenjang perkawinan. Ancaman pola hidup seks bebas remaja secara umum baik di pondokan atau kos-kosan tampaknya berkembang semakin serius.

Tingginya angka hubungan seks pranikah di kalangan remaja erat kaitannya dengan meningkatnya jumlah aborsi saat ini, serta kurangnnya pengetahuan remaja akan reproduksi sehat. Dari sisi kesehatan, perilaku seks bebas bisa menimbulkan berbagai gangguan. Diantaranya: terjadi kehamilan yang tidak diinginkan. Selain tentunya kecenderungan untuk aborsi, juga menjadi salah satu penyebab munculnya anak-anak yang tidak di inginkan dan terjadi pernikahan dini.

Seks pranikah, juga bisa meningkatkan resiko kanker mulut rahim. Jika hubungan seks tersebut dilakukan sebelum usia 17 tahun, risiko terkena penyakit tersebut bisa mencapai empat hingga lima kali lipat. Selain itu, seks pranikah akan meningkatkan kasus penyakit menular seksual, seperti sipilis, GO (ghonorhoe), hingga HIV/AIDS.

* Banyak remaja terjebak :

Suburnya bisnis rumah kost di daerah Yogyakarta yang sebagai kota pelajar, karena banyaknya orang bertransmigrasi ke kota ini untuk menuntut ilmu. Sementara tingkat pengawasan dari pemilik kos maupun pihak orang tua, semakin longgar dan bebas. Sehingga, makin banyak remaja yang terjebak ke dalam pola seks bebas karena berbagai pengaruh yang mereka terima baik dari teman, internet, dan pengaruh lingkungan secara umum.

Salah satu upaya untuk menanggulangi maraknya seks bebas di kalangan remaja, khususnya penghuni kos, selain perlu dilakukan pengawasan yang ketat dan intensif dari pemilik kos secara proporsional, juga meningkatkan kesadaran dari orang tua untuk memilihkan tempat kos bagi anak-anaknya yang layak dan aman. Selain itu para orang tua juga perlu memberi benteng agama yang kokoh dan pembekalan pendidikan kesehatan reproduksi.

*Hamil Membuat Remaja Depresi, Apalagi Harus Melahirkan :

(Majalah Gemari, April 2002)

Hamil, sudah membuat remaja depresi. Apalagi, bila harus melahirkan, mengasuh anak, pasti akan ada ketegangan-ketegangan sendiri. Dalam kasus pernikahan dini, persoalan yang dihadapi hanya terbentur pada ketidaksiapan mental. Padahal, ada banyak permasalahan fisik yang bakal dihadapi remaja, seperti penyakit preeklampsia.

Preeklampsia atau keracunan hamil merupakan penyakit yang banyak ditemui pada kasus kehamilan di usia remaja. Pembuluh darah membengkak sehingga sering timbul pendarahan dan tekanan darah tinggi. Hal ini yang bisa berdampak penderita tidak bisa melihat secara sistemik. Dan bila sampai terjadi kejang-kejang, bukan lagi disebut preeklampsia, melainkan eklampsia.

Untuk membantu proses persalinan, tindakan yang dilakukan adalah menjaga tekanan darah jangan sampai tinggi dengan pemberian obat-obatan. Dan itu baru bisa dilakukan bila penderita dirawat langsung di rumah sakit. Terkadang, operasi caesar harus dilakukan guna mempercepat proses persalinan dan membantu mengurangi rasa sakit yang dialami penderita selanjutnya.

Tidak jarang, remaja mengalami trauma lahir karena jalan lahir (rahim) masih kecil, sehingga robekan jalan semakin besar. Kehamilan usia remaja yang berdampak preeklampsia ini, bisa disebabkan faktor fisik yang tidak mendukung dan tidak baiknya perawatan antenatal care sebelum bayi itu lahir. Umumnya, remaja malas melakukan cek dan recek ke dokter karena ketidaktahuan dan rendahnya pengetahuan orang tua membimbing mereka.

* Pendidikan Kesehatan Reproduksi :

Maraknya seks bebas di kalangan remaja membuat banyak pihak sangat prihatin. Hal itu akan menimbulkan masalah baru bukan hanya bagi wanita remaja itu sendiri, tapi juga pada anak-anak yang akan dilahirkan. Terlebih anak yang lahir tersebut merupakan anak yang tidak dikehendaki, sehingga ada kecenderungan akan ditelantarkan orang tua.

Untuk menekankan jumlah pelaku seks bebas terutama di kalangan remaja, bukan hanya membentengi diri mereka dengan unsure agama yang kuat, juga dibentengi dengan pendampingan orang tua dan selektivitas dalam memilih teman-teman. Karena ada kecenderungan remaja lebih terbuka kepada teman dekatnya ketimbang dengan orang tua sendiri. Selain itu, sudah saatnya di kalangan remaja diberikan suatu bekal pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah-sekolah, namun bukan pendidikan seks secara vulgar. "Pendidikan Kesehatan Reproduksi di kalangan remaja bukan hanya memberikan pengetahuan tentang organ reproduksi, tetapi bahaya akibat pergaulan bebas, seperti penyakit menular seksual dan sebagainya”. Dengan demikian, anak-anak remaja ini bisa terhindar dari percobaan melakukan seks bebas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar